Surat yang tak tersirat
Sepanjang malam yang singkat
Doaku terasa seperti rintihan
sedangkan bacaan ayat-ayat kitab suciku terdengar seperti kutukan
Aku yang marah dibadan , namun lemah dihati
Rasa benciku pada keburukanmu bagai ikan paus
yang sesekali kepermukaan melahap ikan-ikan kecil indah yang berenang
Namun Rasa cintaku pada kebaikanmu masih seluas lautan
yang masih bisa menenggelamkan dan menerima semua sampah dunia ini
bersamaan datangnya adzan dan selurit sinar mentari
semua hilang bersama sunggingan senyummu
saat dua rokaat terlaksana bersama,
maka waktu yang berjalan ke depan seperti perjalanan tamasya
Hidup ini memang bukan dunia
Sedangkan kematian bukan pula akhirat
Tapi ini tentang rasa yang mengikat dan menarik kakiku melangkah
Kadang berlari membuatku terjatuh
sedang bila berjalan aku takut tertinggal olehmu
dan pernah aku terseret dalam luka yang dalam
lalu sentakanku menjatuhkanmu disampingku
hanya untuk menyatukan kita kembali,
tanpa surat atau prasasti, hanya sebuah pahatan janji
yang tak tersirat, yang bila terhapus tanpa terlepas
hanya pandangan mataku yang akan mengikuti
walau buram karena bayangan air harapan
Kemauanku bukanlah titah raja
hanya sebuah doa dalam surat yang tak tersirat