Wednesday, February 20, 2008

Kunjungan ke Langkat bersama Bpk. GANE


الحمدالله رب العلمين
Bisa juga saya mengupdate lagi blog ini, stelah sekian lama tak bisa saya akses. Entah kenapa password saya tidak berfungsi saat akan masuk ke modus bloger. Tak apa lah, mungkin memang saya diharuskan diam dulu beberapa saat.

Siapakah Bpk. GANE ?
Nama ini baru-baru ini muncul dikalangan masyarakat Langkat, Sumatera Utara. Profil lengkapnya akan saya posting di blog lain (mungkin dengan nama GANE4LANGKAT).
Saya bertemu beliau akhir tahun 2007 saat kunjungan saya ke Medan. Suatu kunjungan pertama kalinya bagi saya. Dan dalam 2 hari saya diajak mengunjungi daerah Bukit Lawang di Bahorok, dan wilayah perkampungan nelayan Jaring Halus tidak jauh dari Stabat, ibukota kabupaten Langkat.
Langkat lebih dikenal sebagai wilayah kesultanan. Dan memang banyak wilayah di Sumatera yang dulunya merupakan kesultanan, lalu menyerahkan sepenuhnya tahta kepada RI saat Proklamasi Kemerdekaan RI. Jadi pengorbanan mereka (-sultan sultan di Sumatera-) sebenarnya patut di abadikan dengan mengangkat nama mereka menjadi pahlawan nasional.
Kota-kota kecamatan di Kab.Langkat tidaklah seramai kota-kota di P.Jawa. Bila saya bandingkan, Stabat yang kota kabupaten masih lebih lenggang daripada kota Depok. Karena memang kabupaten ini lebih banyak berupa perkebunan dari pada perindustrian. Sehingga penduduknya masih relatif sedikit (1 juta jiwa menghuni 6.272 km2, berarti tiap 1 orang menempati 0,6 ha).
Keadaan masyarakat yang saya temui relatif berkeinginan untuk maju, tetapi prasarana yang tersedia sangat kurang. Terutama akses informasi. Sepanjang jalan sejak Stabat hingga Bukit Lawang, saya tidak satupun menemui warnet. Berbeda saat di Tebing tinggi. disetiap tempat yang berdekatan dengan sekolah terutama SMA, maka saya bisa ketemu warnet.
Apakah pengamatan saya yang keliru? (silahkan pembaca yang pernah tinggal di Langkat beri masukan)
Kebetulan Bpk.GANE ( FANRIZAL DARUS) adalah seorang pengusaha dibidang jasa telekomunikasi, salah satunya kontraktor pembangunan menara cellular. Dan pernah bersekolah di Malaysia. Melihat keadaan kabupaten asalnya ini, beliau sangat tertarik untuk bisa mengabdikan waktunya bagi kemajuan Langkat. Dan niat ini ditindak lanjuti dengan mencoba memasuki kancah PILKADA. Karena memang, dengan menjadi kepala daerah adalah salah satu jalan untuk dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan. Karen pada kenyataanya, pemerintah memiliki peran mayoritas dalam menjalankan roda pembangunan.
Itu pula sebabnya, dapat dikatakan bahwa raja kecil saat ini di Indonesia adalah para Bupati. Bila bupatinya cukup cakap memimpin, tidak cari uang, tetapi benar-benar ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka daerahnya relatif mengalami kemajuan. Tetapi jika niatnya cari kesejahteraan diri sendiri, maka yang muncul adalah pembangunan yang tidak jelas arahnya, korupsi dimana-mana, dan yang pasti tak ada kemajuan yang berarti bagi daerah tsb.
Jadi apa yang saya bawa dari Langkat? Tidak banyak, selain keluh kesah warga Bukit Lawang yang kesulitan karena sepinya pariwisata di sana, warga Jaring Halus yang tidak punya SMP, dan keadaan madrasahnya yang memprihatinkan, paling tidak saya sempat menikmati DUREN Langkat yang katanya mau punah (http://dedypunya.wordpress.com/2007/10/22/menanti-punahnya-durian-bahorok/).