Wednesday, December 24, 2008

Master Rem Atas Phanter F313

Siang tadi hampir saja saya dan istri mengalami tabrakan di tol Jakarta-Cikampek. Penyebabnya adalah rem (lagi-lagi) yang tidak pakem alias 'ngocok'. Terpaksa saya hanya berani berlari dibawah 80 km/jam dengan jaga jarak sekitar 20 meter. Alhamdulillah kami selamat sampai di Krawang Barat dan mencapai pondok Sumber Barokah di Badami untuk menjemput Tami.
Setelah mengambil rapor di SMA Budi Mulia, sekalian menularkan BLANKON3 ke guru TIKnya yang kebetulan guru walikelas anak saya, kami istirahat sebentar di pondok.
Beruntung saya membawa master rem cadangan, walaupun bukan orisinil keluaran ASTRA OTOPART, segera saya lakukan penggantian. Beruntung lagi walau baut neplenya sudah hampir karatan, sebuah mobil phanter lain yang parkir disebelah membawa kunci no.10 TEKIRO. Bentuknya lebih tebal dan ukuran yang presisi. Maka berhasillah operasi penggantian master rem tersebut.
Setelah dicoba seputaran lapangan, rasanya remnya lebih baik, jadi saya pikir tidak perlu khawatir untuk perjalanan pulang.
Dengan beban tambahan 5 orang , kami pulang ke Depok. Memasuki tol Krawang Barat sudah terjadi antrian panjang. Begitu pula sepanjang jalan hingga pintu tol Cikunir, praktis kendaraan hanya bisa bergerak dibawah 70 km/jam. Baru saat masuk tol Cikunir-Pdk Indah semua mulai bergerak cepat. Rata-rata 90 s/d 110 km/jam. Karena jalan lancar, saya jarang menginjak rem.
Ketika keluar tol di Tanjung barat, barulah saya sering menginjak rem karena lalin padat. Tambah lama makin terasa kalau rem masih ngocok, tentu karena ada angin/udara dalam saluran minyak rem.
Kesimpulan :
1. Penggantian master rem masih harus disertai pembuangan udara disaluran minyak rem
2. Lebih baik dikerjakan dibengkel, karena sulit mengerjakan seorang diri untuk membuang udara di saluran.
3. Lebih baik membawa satu set master rem cadangan daripada membawa kitnya saja, karena rumah master juga relatif rusak bila sudah uzur.

Tuesday, December 23, 2008

Manfaat membawa Laptop LINUX

Maksud saya disini adalah saat menghadiri presentasi orang lain, dan mendatangi kantor lain dalam kaitan pekerjaan.
Manfaat yang sering saya rasakan adalah :
1. Saya dapat dengan tenang menyalin file/arsip dari flashdisk orang lain
2. Saya bisa membantu orang lain menyalinkan file/arsip dari flashdisk yang satu ke yang lain.

Karena saya terbebas VIRUS.!!!!

Thursday, October 30, 2008

Adakah yang benar-benar aman di dunia ini?

Bila kita menonton berita di media masa, baik cetak maupun elektronik, berita tentang kejahatan seakan menjadi komoditas utama. Memang saat ini ada salah satu stasiun TV yang lebih banyak menampilkan berita tentang relawan, kebajikan dan masalah-masalah kemanusian. Namun hingga saat ini masih kalah banyak acaranya dibanding stasiun TV lainnya.
Keadaan ini memberi kesan seakan dimana-mana selalu terjadi kejahatan, tidak ada tempat yang dapat dikatakan aman. Jangankan diluar rumah, didalam rumahpun terjadi tindak kejahatan. Apakah ini juga yang pemirsa rasakan?
Saya sebagai orang biasa saja, merasakan bahwa hal ini seperti menjadi suatu asumsi yang tertanam kuat dibenak kita. Kita menjadi orang yang mudah curiga, tidak percaya pada orang lain, dan seringkali menjadi pesimis terhadap orang lain. Seakan disekitar kita yang terjadi hanyalah kericuhan dan ketidak teraturan.

Thursday, October 16, 2008

Belajar membuat animasi

Ini lagi nyoba belajar, belum selesai pelajaran sudah lemes

Wednesday, October 15, 2008

DUKA CITA DI JAYA-11


Innalillahi wa inna ilayhi roji'uun. Allohumma'  jurna fi mushibatina wa akhliflana khoiron minha.

Hari ini kami anggota SENKOM MITRA POLRI di Kota Depok telah kehilangan salah satu aktifator baik di darat maupun di udara. Telah wafat saudara kami Bpk. H. Didik Mardiyanto (11-54) pada hari Minggu, 13 Oktober 2008, pkl 05.00 di RS Graha Permata Depok.

Meninggalkan 1 orang istri dan 3 orang anak. Dikebumikan di pemakaman Kali Mulya II. Prosesi pemakaman berjalan lancar. Keluar dari RS Graha Prima kami jemput dengan mobil ambulan milik UB. Al-ma'mur dibawa ke Masjid Baitul Ikhsan di jalan Pitara Raya Pancoran mas. Setelah dimandikan dan dikafani, jenazah langsung disholati. Informasi yang menyebar pada pagi itu, ditambah lagi pergaulan almarhum yang aktif dan luas, tak kurang dari 150 orang mengikuti sholat jenazah dalam dua rombongan. Lanjut kami bawa ke rumah duka.

Sambil menunggu kedatangan ibu kandung almarhum, para pelayat berdatangan baik dari kerabat keluarga, tetangga, mahasiswa dan rekan kerja almarhum di Sekolah Tinggi Perikanan, rekan-rekan organisasi baik Senkom maupun dari DPD LDII Kota Depok , juga dihadiri oleh salah seorang anggota DPRD Kota Depok, Babay Suhaemi.

Karena yang ditunggu berada di Surabaya, ibunda almarhum diberangkatkan dengan pesawat pk. 11.00, dijemput dibandara dan dikawal frontrider dari METRO JAYA, lalu dijemput di tol Tanjung barat oleh Patwal dari Polres Depok. Sampai di rumah duka pada pukul 14.30.

Seperti yang telah direncanakan, maka jenazah segera diberangkatkan dan selesai dimakamkan pada pkl. 16.00

Selamat jalan pak Didik, selamat jalan 11-16, selamat jalan sahabat, teman dalam suka dan duka. Semoga seluruh amal ibadah dan kebaikan yang selama ini telah engkau berikan dan contohkan pada kami , menjadi limpahan pahala di sisi Nya.

Saturday, September 27, 2008

Buku Kecil Panduan Linux (Ubuntu) Multimedia

Hari ini baru saja dapat telepon dari mas Yus Budiono, dari linux-bppt. Saya diminta membuatkan sebuah buku kecil panduan untuk penggunaan multimedia di Linux.
Sebenarnya di toko buku sudah ada buku untuk multi media di linux, tapi saya juga lupa pengarang dan judul bukunya. Jadilah saya terpaksa 'eker-eker' di google.
Ee malahan dapat tutorial GIMP dan InkSpace dalam bentuk .swf (flash) di situsnya sangguru.com. Luar biasa nih sangguru.
Seharusnya kemarin orang ini yang diajak bicara di PUSTEKKOM. Tapi tak apalah, jadi sebagian materi buku saya ambil dari screenshotnya sangguru.com, tapi bukan membajak lho.
Kan juga dijelaskan kalau sebagian sumbernya ambil di sangguru.com. Malahan di situs tsb diumumkan untuk dapat menyebarluaskan isi situs untuk kepentingan anak bangsa.
InsyaAlloh, kalau ada event yang melibatkan grafis (yang ada dananya buat mengundang sangguru) akan saya coba kontak beliau deh.

Friday, September 26, 2008

Tuesday, September 9, 2008

Kembali ke Rutinitas

September ini saya kembali menjalani rutinitas seperti 3 tahun yang lalu. Berangkat pagi ke Serpong, pulang sore. Walau kadang tidak ada kegiatan yang menghasilkan, tetap saja saya harus datang untuk mengisi absensi.
Ada sih ide untuk memasarkan beberapa produk dari kantor seperti : BIOLESTA (Biofungisida) BIOFERTILIZER, BIOCOMPOSTER, JASA EKSTRAKSI , dll. Tapi sampai sekarang belum sempat bikin brosurnya lagi. Kalau dipublikasi di web, saya masih belum yakin apa informasinya sampai ke pengguna yang notabene adalah petani. Sementara petani kita masih sedikit yang mencari tahu di internet. Kalaupun ada, biasanya adalah petani berdasi, atau malahan pedagang pupuk dan komoditas.
BTW, tidak apalah. Siapa tahu ada pembaca yang punya bapak petani.
Mau tahu info lengkapnya produk-produk tsb? Hubungi saya di 0858 80008562. atau email ke suprionoatwebmail.bppt.go.id

Monday, August 11, 2008

Melepas untuk tetap mengikat


Mungkin terdengar sedikit kontradiktif. Tapi memang itulah yang 'terpaksa' saya lakukan demi keselamatan hidup anak-anakku. Keselamatan dari ancaman pergaulan yang tak terkendali, pengaruh televisi, pengaruh tingkah polah orang di jalan. Kenapa hal-hal itu jadi ancaman.
Memang hidup ini adalah pilihan. Semuanya sangat tergantung pada pilihan kita. Tidak ada kata tidak ada pilihan. Yang ada adalah konsekuensi terhadap setiap pilihan.

Putri sulung saya memasuki sekolah menengah atas. Ia memilih untuk bersekolah sambil 'nyantri'. Sebagai orangtua saya memberinya alternatif pada beberapa pondok pesantren yang saya tahu cukup baik dan biayanya terjangkau. Yaitu di Gading mangu Jombang, Teluk Jambe Karawang, dan di Serbajadi Lampung. Dan konsekuensi yang saya hadapi sama, yaitu melepas Tami (namanya) tinggal di asrama dan tidak berada dirumah hingga liburan sekolah tiba.

Melepas anak sulung saya ini berarti juga berkurang satu tenaga yang mengurus rumah, mengajak main si kecil, membantu memasak dan membantu mengoreksi tugas dan pr murid istri saya. Tapi itu juga memberi lingkungan baru yang lebih ketat bagi Tami, kawan-kawan yang terbatas, tidak nonton TV (kecuali TVE disekolah), tidak telpon sana/i dgn hp dll. Tapi itu juga memberi dia waktu untuk mengaji 2x 1,5 jam sehari, belajar 5 jam, mencuci pakaian sendiri, tidak pacaran, tidak melihat tontonan orang pacaran di tv dan di jalan dan tidak melihat pertengkaran dendam yang sering dimunculkan di sinetron.

Apakah hal-hal terakhir itu bisa ia dapatkan dirumah? Jawabnya : bisa , tapi sulit. Terutama soal tontonan TV, apakah mungkin saya menyingkirkan TV dari rumah? Apakah mungkin membuat dia mengaji 2x sehari?

Jadi itu adalah konsekuensi. dan pilihan yang diambil adalah Tami mondok di Ponpes Margakaya, Teluk Jambe sambil bersekolah di SMU Budi Mulia Karawang.

Selamat menempuh ujian hidup , nak.

Friday, June 13, 2008

Gagal kah saya?

Diantara hingar bingar siaran sepakbola EURO 2008, tadi malam saya merenungi keadaan yang harus saya hadapi. Persoalan kuliah yang tidak terselesaikan, dan melaporkan kegagalan studi ini ke kantor pemberi beasiswa.
Ada perasaan bahwa masih ada waktu sehari-dua hari untuk mengerjakan tugas, tetapi ketika memikirkan detail tugas yang harus dikerjakan, kemungkinan itu jadi sirna. Beberapa ungkapan berseliweran beberapa hari ini, mulai dari:
" Keuletan adalah ketika tangan masih mengerjakan sementara pikiran mengatakan sudah tidak mungkin dilakukan"
Tetapi badan dan pikiran ini sepertinya sudah kehabisan energi. Tak mampu menahan beban untuk memaksakan melakukan, bukan tidak ingin melakukan. Kerugian memang telah terpampang: rugi waktu tiga tahun, rugi biaya (-karena walaupun ada beasiswa, tetapi jauh dari cukup, sehingga sebagian gaji untuk hiduppun tersalur untuk kuliah--).
Saat saya mengerjakan pekerjaan lain diluar tugas kuliah, justru saya merasa bersemangat, tidak ada beban, bahkan lebih mempersungguh. Seakan semua ide, keinginan, dan prospek berjalan bersamaan.
Disatu sisi, kegagalan kuliah, pada dasarnya bagi saya adalah kegagalan mendapat ijazah, bukan kegagalan mendapatkan ilmu. Tapi apakah ilmu yang saya dapatkan akan berharga dimata atasan dan teman-teman sekerja?
Kegagalan mendapat ijazah, adalah kejatuhan gengsi, harga diri sebagai intelektual. Kehilangan kesempatan membanggakan orangtua, istri, dan anak-anak ku.
Tapi apakah memang itu yang mereka rasakan?
Istri saya berbicara: tidak S2 toh tidak menjadikan kita tidak makan.
Bapak dan Ibu saya pun tidak pernah mengeluhkan sebagian uangnya yang terpakai oleh saya. Anak-anakpun tak pernah tahu persis apa yang saya kerjakan.
Lalu apa yang saya gundahkan?
Mungkinkah masa depan saya hilang bila tahun ini tidak mendapat Master of Science?
Apakah Dunia akan lebih baik bila saya berhasil menyelesaikan S2?
Mengapa pula saya harus stress berkepanjangan, bahkan untuk kembali ke kantor saja saya enggan, sepertinya kaki saya diberati rantai terikat pada besi berton-ton.
Satu hal yang saya simpulkan, saya butuh bantuan. Bukan bantuan teknis, bukan bantuan keuangan, tetapi bantuan manajemen.
Manajemen kehidupan, manajemen prilaku, manajemen strategi, dan manajemen kejiwaan. Dan ini semua tidak tersedia dalam ASKES. Saya pikir justru ini yang perlu diberikan kepada para pegawai agar semangat mereka terjaga dan mengurangi beban mental dalam menghadapi masalah.
Lalu kemanakah saya harus bersandar berkonsultasi?

ANY SUGGEST FROM YOU?

Saturday, May 10, 2008

Capek deh bikin tesis

Jam 00:44 masih ngetik dengan laptop baru beli, walau pun seken, tapi lumayan, prosesor sudah DUO core. Asal tahu saja, uang untuk beli laptop ini meminjam ke bapakku. Tabungan sudah nggak ada, habis buat beli komponen buat tugas kuliah.

Sebenarnnya aku sudah hampir putus asa, terlalu banyak persoalan yang datang silih berganti menahanku mengerjakan tesisku. Padahal ini semester terakhir.Kalau gagal, ya sudah, berarti lepas sudah kesempatan tahun ini memegang gelar S2 dari UI, walau sebenarnya sudah punya S2 dari PT swasta, tapi rasanya malu juga kalau nggak selesai di UI.

Beginilah kalau kebanyakan loading, prosesor di kepalaku sudah sering hang. Bahkan beberapa waktu lalu, mataku tak bisa melihat ke monitor, LCD sekalipun. Mata kering katanya, air mata tidak bisa keluar, sementara mata terasa pedih seperti kelilipan .

Dengan modal nekat, setelah beli obat tetes mata airmata-buatan, dan selembar vitamin mata, lalu sore hari sebelum makan malam, melakukan SIRSASANA selama 15 menit, dilanjut besok paginya, juga 15 menit. Alhamdulillah, dalam 4 hari sudah bisa melihat monitor, dan sekarang juga bisa naik motor lagi.

Udah ah, mau nerusin ngetik tugas PLC lagi...

Wednesday, February 20, 2008

Kunjungan ke Langkat bersama Bpk. GANE


الحمدالله رب العلمين
Bisa juga saya mengupdate lagi blog ini, stelah sekian lama tak bisa saya akses. Entah kenapa password saya tidak berfungsi saat akan masuk ke modus bloger. Tak apa lah, mungkin memang saya diharuskan diam dulu beberapa saat.

Siapakah Bpk. GANE ?
Nama ini baru-baru ini muncul dikalangan masyarakat Langkat, Sumatera Utara. Profil lengkapnya akan saya posting di blog lain (mungkin dengan nama GANE4LANGKAT).
Saya bertemu beliau akhir tahun 2007 saat kunjungan saya ke Medan. Suatu kunjungan pertama kalinya bagi saya. Dan dalam 2 hari saya diajak mengunjungi daerah Bukit Lawang di Bahorok, dan wilayah perkampungan nelayan Jaring Halus tidak jauh dari Stabat, ibukota kabupaten Langkat.
Langkat lebih dikenal sebagai wilayah kesultanan. Dan memang banyak wilayah di Sumatera yang dulunya merupakan kesultanan, lalu menyerahkan sepenuhnya tahta kepada RI saat Proklamasi Kemerdekaan RI. Jadi pengorbanan mereka (-sultan sultan di Sumatera-) sebenarnya patut di abadikan dengan mengangkat nama mereka menjadi pahlawan nasional.
Kota-kota kecamatan di Kab.Langkat tidaklah seramai kota-kota di P.Jawa. Bila saya bandingkan, Stabat yang kota kabupaten masih lebih lenggang daripada kota Depok. Karena memang kabupaten ini lebih banyak berupa perkebunan dari pada perindustrian. Sehingga penduduknya masih relatif sedikit (1 juta jiwa menghuni 6.272 km2, berarti tiap 1 orang menempati 0,6 ha).
Keadaan masyarakat yang saya temui relatif berkeinginan untuk maju, tetapi prasarana yang tersedia sangat kurang. Terutama akses informasi. Sepanjang jalan sejak Stabat hingga Bukit Lawang, saya tidak satupun menemui warnet. Berbeda saat di Tebing tinggi. disetiap tempat yang berdekatan dengan sekolah terutama SMA, maka saya bisa ketemu warnet.
Apakah pengamatan saya yang keliru? (silahkan pembaca yang pernah tinggal di Langkat beri masukan)
Kebetulan Bpk.GANE ( FANRIZAL DARUS) adalah seorang pengusaha dibidang jasa telekomunikasi, salah satunya kontraktor pembangunan menara cellular. Dan pernah bersekolah di Malaysia. Melihat keadaan kabupaten asalnya ini, beliau sangat tertarik untuk bisa mengabdikan waktunya bagi kemajuan Langkat. Dan niat ini ditindak lanjuti dengan mencoba memasuki kancah PILKADA. Karena memang, dengan menjadi kepala daerah adalah salah satu jalan untuk dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan. Karen pada kenyataanya, pemerintah memiliki peran mayoritas dalam menjalankan roda pembangunan.
Itu pula sebabnya, dapat dikatakan bahwa raja kecil saat ini di Indonesia adalah para Bupati. Bila bupatinya cukup cakap memimpin, tidak cari uang, tetapi benar-benar ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka daerahnya relatif mengalami kemajuan. Tetapi jika niatnya cari kesejahteraan diri sendiri, maka yang muncul adalah pembangunan yang tidak jelas arahnya, korupsi dimana-mana, dan yang pasti tak ada kemajuan yang berarti bagi daerah tsb.
Jadi apa yang saya bawa dari Langkat? Tidak banyak, selain keluh kesah warga Bukit Lawang yang kesulitan karena sepinya pariwisata di sana, warga Jaring Halus yang tidak punya SMP, dan keadaan madrasahnya yang memprihatinkan, paling tidak saya sempat menikmati DUREN Langkat yang katanya mau punah (http://dedypunya.wordpress.com/2007/10/22/menanti-punahnya-durian-bahorok/).

Wednesday, January 9, 2008

Setahun di SENKOM MITRA POLRI


Terhitung setahun sudah saya bergabung di SENKOM MITRA POLRI di wilayah Kota Depok.  Dengan call sign 11-16, saya bisa dipanggil melalui jalur udara di frekuensi 163.565MHz.
Sebagai anggota baru, dibanding senior yang lain, saya beruntung bisa langsung mengikuti DIKLAT di Bandung Jawa Barat atas undangan POLDA JABAR. Memang agak sedikit rancu, karena secara hubungan kepolisian, Depok tergabung di METRO JAYA, sementara sebagai organisasai masyarakat, maka lokasi kami berada dibawah kordinasi Provinsi Jawa Barat.
Jadi saya punya dua kartu anggota mitra polri, yaitu dari POLDA JABAR dan dari POLRES DEPOK/POLDA METROJAYA.
Apa sih yang dilakukan di SENKOM MITRA POLRI?
Sebenarnya soal hak dan kewajiban adalah sama dengan warga negara lainnya. Hanya saja kami secara sukarela memposisikan diri sebagai mitra POLRI dalam menciptakan suasana kondusif tertib hukum , aman dan damai di lingkungan tempat tinggal kami.
Lalu apa bedanya dengan HANSIP atau BANPOL?
Bedanya adalah: kami tidak menjadikan SENKOM sebagai suatu profesi, bahkan syarat untuk menjadi anggota SENKOM adalah sudah memiliki profesi dan pekerjaan tetap. Jadi dalam menjalankan kewajiban anggota SENKOM, kami lakukan disela-sela kehidupan kami sehari-hari.
Selain itu kami memiliki jalur komando terpisah dari POLRI, namun kewajiban kami membantu tugas polisi bilamana kami menjumpai suatu kejadian sementara polisi belum berada ditempat tsb. Untuk itu keterampilan dalam menangani pengamanan TKP, membuat laporan awal, serta beladiri adalah hal yang perlu dimiliki.
Jadi bila anda menemui kesulitan diperjalanan mudik tahun ini dan menemui posko SENKOM, silahkan meminta pertolongan, semoga selamat sampai tujuan.